A. PENGERTIAN FILING SYSTEM NUMBERIC
Filing adalah segala tindakan atau perbuatan atau
kegiatan yang berhubungan dengan masalah pengumpulan, klasifikasi, penyimpanan,
penempatan, pemeliharaan dan distribusi atas surat – surat, catatan – catatan,
perhitungan – perhitungan, grafik – grafik, data ataupun informasi yang lain
dan tindakan tersebut dilakukan dengan setepat – tepatnya dalam rangka
melakakukan suatu proses manajemen serta catatan maupun surat tersebut dapat
ditemukan kembali dengan mudah.
Sistem
nomor (system numbering)
adalah sistem penyimpanan dan penemuan kembali arsip yang disusun dengan
menggunakan kode angka/nomor. Adapun sistem nomor yang digunakan berdasarkan
peraturan yang sudah lazim digunakan yakni.
- Sistem penyimpanan arsip berdasarkan nomor Dewey
- Sistem penyimpanan arsip berdasarkan nomor seri (urut)
- Sistem penyimpanan arsip berdasarkan terminal digit.
- Sistem Nomor Middle Digit
- Sistem nomor Soundex (phonetic system)
Sistem penyimpanan arsip berdasarkan
nomor banyak digunakan di berbagai kantor atau instansi yang penggunanya
menggunakan urutan nomor, cth, KTP, No. Rek Bank, Nomor Induk Siswa (NIS), dan
penggunaan nomor lain semacamnya.
Contoh:
Contoh:
- Sekolah : Nomor Induks Sekolah
- Perguruan Tinggi : Nomor Induk Mahasiswa
- PLN : Nomor Rekening Listrik
- Rumah Sakit : Nomor Identitas Pasien
Seperti dijelaskan diatas bahwa
penyimpanan arsip dengan sistem nomor menggunakan penyimpanan dengan metode
nomor tertentu, berikut akan dijelaskan metode-metode tersebut.
Ada beberapa kelebihan filing system
nomor ini, di antaranya adalah sebagai berikut :
- Penyimpanan dapat lebih teliti, cermat, dan teratur.
- Penyimpanan dapat lebih cepat dan tepat.
- Sederhana dan mudah dilaksanaka.
- Dapat dipakai untuk segala macam surat/warkat/dokumen.
- Nomor dokumen dapat dipergunakan sebagai referensi dalam korespondensi.
- Nomor map atau dokumen dapat diperluas tanpa batas.
Adapun kelemahannya, di antaranya :
- Lebih banyak waktu dipergunakan untuk mengindeks.
- Banyaknya map untuk surat-surat beraneka ragam, dapat menimbulkan kesulitan.
- Perlu ruangan yang luas dan memadai untuk menyimpan arsip yang banyak.

1. Penyimpanan arsip berdasarkan
nomor Dewey
Filing sistem ini diciptakan oleh Malvile
Dewey. Sistem ini disebut juga sistem desimal dengan menggunakan notasi
angka 0-9. Untuk menyusun arsip dengan sistem nomor kita perlu membuat daftar
klasifikasi, daftar klasifikasi ini adalah daftar yang memuat segala persoalan
kegiatan yang ada di dalam kantor/perusahaan.
Membuat daftar klasifikasi Dewey
memerlukan pemikiran yang tajam, karena setiap tingkat permasalahan hanya
dibuat 10 masalah saja. Masalah utama terdiri dari 10 masalah. Setiap satu
masalah utama terdiri dari 10 sub masalah. Setiap satu sub masalah terdiri dari
10 sub-sub masalah. Oleh karena itu, pengelompokan nama masalah harus
benar-benar teliti, sehingga semua masalah surat dapat tercakup semua dalam
klasifikasi.
Contoh daftar klasifikasi nomor
Dewey.
Masalah
utama
Sub Masalah Sub-sub Masalah
000 Organisasi 100 Kepegawaian 100 Upah 110 Cuti 110 Cuti Melahirkan 111 Cuti Sakit 112 Cuti Tahunan 200 Keuangan 200 Kredit 210 Pajak 210 Pajak Motor 211 Pajak Mobil 212 PBB 213 PPH |
Setelah membuat daftar klasifikasi,
hal berikutnya dalam penyimpanan kearsipan adalah mempersiapkan peralatan dan
perlengkapan. Berikut ini adalah jenis perlengkapan dan peralatan yang
dibutuhkan dalam sistem Dewey.
a. Filing cabinet
Diperlukan 10 Laci filing cabinet, kode laci ini sebagai penunjuk masalah utama. Kode laci ini berurutan sebagai berikut.
Laci 1 Kodenya 000
Laci 2 Kodenya 100
Laci 3 Kodenya 200
Laci 4 Kodenya 300
Laci 5 Kodenya 400
Laci 6 Kodenya 500
Laci 7 Kodenya 600
Laci 8 Kodenya 708
Laci 9 Kodenya 800
Laci 10 Kodenya 900
b. Guide
Setiap masalah utama terdiri dari 10 sub masalah. Maka apabila ada 10 masalah utama berarti ada 100 sub masalah. Oleh karena itu dibutuhkan pula guide sebanyak 100 buah. Untuk Kode guidenya sendiri dapat dilihat sebagai berikut.
Guide 1 Kodenya 000
Guide 2 Kodenya 010
Guide 3 Kodenya 020
Guide 4 Kodenya 030
Guide 5 Kodenya 040
Guide 6 Kodenya 050
Guide 7 Kodenya 060
Guide 8 Kodenya 070
Guide 9 Kodenya 080
Guide 10 Kodenya 090
c. Hanging Folder
Setiap sub masalah terdiri dari 10 sub-sub masalah. Jika ada 100 sub masalah berarti dibutuhkan 1.000 hanging folder. Hanging folder ini terletak dibelakang guide. Pada guide 010, terdapat 10 hanging folder yang berkode sebagai berikut.
Hanging folder 1 Kodenya 010
Hanging folder 2 Kodenya 011
Hanging folder 3 Kodenya 012
Hanging folder 4 Kodenya 013
Hanging folder 5 Kodenya 014
Hanging folder 6 Kodenya 015
Hanging folder 7 Kodenya 016
Hanging folder 8 Kodenya 017
Hanging folder 9 Kodenya 018
Hanging folder 10 Kodenya 019
d. Kartu indeks
Kartu indeks digunakan untuk mencatat setiap surat yang disimpan.
a. Filing cabinet
Diperlukan 10 Laci filing cabinet, kode laci ini sebagai penunjuk masalah utama. Kode laci ini berurutan sebagai berikut.
Laci 1 Kodenya 000
Laci 2 Kodenya 100
Laci 3 Kodenya 200
Laci 4 Kodenya 300
Laci 5 Kodenya 400
Laci 6 Kodenya 500
Laci 7 Kodenya 600
Laci 8 Kodenya 708
Laci 9 Kodenya 800
Laci 10 Kodenya 900
b. Guide
Setiap masalah utama terdiri dari 10 sub masalah. Maka apabila ada 10 masalah utama berarti ada 100 sub masalah. Oleh karena itu dibutuhkan pula guide sebanyak 100 buah. Untuk Kode guidenya sendiri dapat dilihat sebagai berikut.
Guide 1 Kodenya 000
Guide 2 Kodenya 010
Guide 3 Kodenya 020
Guide 4 Kodenya 030
Guide 5 Kodenya 040
Guide 6 Kodenya 050
Guide 7 Kodenya 060
Guide 8 Kodenya 070
Guide 9 Kodenya 080
Guide 10 Kodenya 090
c. Hanging Folder
Setiap sub masalah terdiri dari 10 sub-sub masalah. Jika ada 100 sub masalah berarti dibutuhkan 1.000 hanging folder. Hanging folder ini terletak dibelakang guide. Pada guide 010, terdapat 10 hanging folder yang berkode sebagai berikut.
Hanging folder 1 Kodenya 010
Hanging folder 2 Kodenya 011
Hanging folder 3 Kodenya 012
Hanging folder 4 Kodenya 013
Hanging folder 5 Kodenya 014
Hanging folder 6 Kodenya 015
Hanging folder 7 Kodenya 016
Hanging folder 8 Kodenya 017
Hanging folder 9 Kodenya 018
Hanging folder 10 Kodenya 019
d. Kartu indeks
Kartu indeks digunakan untuk mencatat setiap surat yang disimpan.
e. Rak sortir
Jumlah rak sortir disesuaikan dengan kebutuhan.
Setelah peralatannya sudah tersedia, maka langkah selanjutnya adalah penyimpanan dengan menggunakan sistem ini, prosedurnya adalah sebagai berikut.
Jumlah rak sortir disesuaikan dengan kebutuhan.
Setelah peralatannya sudah tersedia, maka langkah selanjutnya adalah penyimpanan dengan menggunakan sistem ini, prosedurnya adalah sebagai berikut.
- Memeriksa berkas. Tahap ini dilakukan dengan memeriksa tanda-tanda perintah penyimpanan arsip, apakan ada tanda 'dep', simpan, dan lain sebagainya.
- Mengindeks, mengindeks dilakukan dengan cara melihat masalah surat tersebut kemudian mencocokan dengan daftar klasifikasi nomor Dewey yang sudah kita buat tadi Jangan lupa untuk membuat kartu indeksnya.
- Mengode, memberi kode pada surat dengan nomor klasifikasi Dewey. Contoh: Masalah cuti melahirkan berkode 111.6. Saat memasukan surat ke folder, petugas harus melihat surat ini merupakan surat yang keberapa. Jika di folder sudah ada 6 surat, berarti surat ini merupakan surat yang ke 7. Sehingga kode surat menjadi 111.6 (surat dimulai dari kode 0 sebagai urutan 1).
- Menyortir, kegiatan ini dilakukan jika jumlah surat sudah banyak.
- Menempatkan, tempatkanlah surat di dalam laci berkode 100, dibelakang guide berkode 110, di dalam hanging folder berkode 111, surat urutan ke 7 dari belakang.
Sedangkan untuk prosedur penemuan
kembali menggunakan sistem nomor dewey ini adalah sebagai berikut
- Jika kode surat yang akan dicari sudah di ketahui, maka langsung cari saja pada tempat penyimpanannya.
- Contoh: Arman akan mencari surat berkode 245.1. Maka ia akan mencari pada laci berkode 200, dibelakang guide berkode 240, dalam hanging folder 345, urutan surat ke 2 (2+1).
- Ambil surat dari folder dan tukar dengan lembar pinjam arsip (lembar 1)
- Berikan kepada peminjam berikut lembar pinjam arsip (lembar 2)
- Simpan lembar pinjam arsip (lembar 3) pada tickler file.
- Sedangkan jika tidak mengetahui surat yang akan dicari, maka pergilah ke cardex untuk melihat kartu indeks. kemudian lihatlah kodenya dan carilah seperti cara yang diatas.
2. Sistem penyimpanan arsip
berdasarkan nomor seri (urut)
Sistem
ini dilakukan jika jumlah arsip yang disimpan berkisar 1.000 sampai 10.000
arsip. Penomoran dimulai dari nomor 1,2,3, dan seterusnya. Pada sistem ini
setiap koresponden diberi nomor kode sesuai dengan urutan yang berlaku pada Buku
Nomor.
Buku
Nomor adalah
buku yang berisi nomor-nomor yang sudah digunakan sebagai nomor koresponden
(nama) dalam file sistem nomor. Nama koresponden yang dapat diberi kode nomor
adalah jika surat atas nama tersebut sudah lebih dari 5 surat. Tetapi jika
belum mencapai 5 surat, maka belum ditulis pada buku nomor, surat diberi kode
sementara dengan huruf C yang berarti file Campuran.
Untuk daftar klasifikasi nomor seri
adalah sebagai berikut.
1 - 100 (kode laci)
1 - 10 (kode
guide)
11 - 20 (kode
hanging folder)
101 - 200
Untuk jenis-jenis peralatan dan perlengkapan yang digunakan adalah sebagai berikut.
a) Filing cabinet
Satu laci filing cabinet dapat menampung sampai sebanyak 5.000 surat. Namun untuk mempermudah menyimpan dan mengambil arsip sebagiknya diisi dengan 3.500-4000 arsip. Berarti untuk menyimpan 10.000 surat diperlukan 3 laci filing cabinet (satu filing cabinet berlaci 3).
b) Guide
Guide diperlukan sebagai pembatas, dibelakang guide ditempatkan beberapa folder, kurang lebih sepuluh folder. Satu folder berisi 25 lembar surat, berarti satu laci memuat 150 folder. Sehingga diperlukan 10 guide setiap laci.
c) Hanging Folder
Satu laci butuh sekitar 150 hanging folder. Berarti dibutuhkan sekitar 450 hanging folder untuk menyimpan arsip sebanyak 10.000 lembar.
Guide diperlukan sebagai pembatas, dibelakang guide ditempatkan beberapa folder, kurang lebih sepuluh folder. Satu folder berisi 25 lembar surat, berarti satu laci memuat 150 folder. Sehingga diperlukan 10 guide setiap laci.
c) Hanging Folder
Satu laci butuh sekitar 150 hanging folder. Berarti dibutuhkan sekitar 450 hanging folder untuk menyimpan arsip sebanyak 10.000 lembar.
d) Kartu Indeks
Kartu indeks dibuat sebanyak jumlah nama koresponden dari arsip yang disimpan. Jika jumlah surat dari satu koresponden sudah lebih dari 5, maka kode surat pada kartu indeks ditulis dengan kode nomor, tetapi jika belum diberi kode C.
e) Buku Nomor
Perhatikan buku nomor berikut.
Kartu indeks dibuat sebanyak jumlah nama koresponden dari arsip yang disimpan. Jika jumlah surat dari satu koresponden sudah lebih dari 5, maka kode surat pada kartu indeks ditulis dengan kode nomor, tetapi jika belum diberi kode C.
e) Buku Nomor
Perhatikan buku nomor berikut.
Tanggal
|
Nama
|
Nomor
File
|
10 Januari 2013
|
Muhammad Galih Prastyo
|
100
|
15 Febuari 2013
|
Muhammad Aryo Wibisono
|
101
|
25 Maret 2013
|
Adinda Nur Aisyah
|
102
|
Setelah peralatan untuk sistem ini tersedia maka langkah selanjutnya cara menyimpan arsip dengan sistem nomor seri ini adalah sebagai berikut.
a) Memeriksa Berkas
b) mengindeks
Tentukan nama koresponden dari surat/arsip yang akan disimpan, kemudian indeks sesuai peraturan mengindeks. Kemudian lihat kartu indeks nama tersebut pada laci cardex.
Setelah melihat kartu indeks akan menghasilkan tiga kemungkinan yaitu
- Jika kartu indeksnya belum ada berarti arsip tersebut adalah koresponden baru, sehingga perlu dibuat kartu indeksnya dan diberi kode C.
- Jika indeksnya ada dan berkode C, berarti nama tersebut jumlah arsipnya masih kurang dari 5 dan disimpan pada map campuran. Tidak perlu dibuatkan kartu indeks. Bila jumlahnya lebih dari 5 surat, maka arsip tersebut dikeluarkan dari map campuran dan ditempatkan pada map individu dan diberi kode nomor, kode C pada karu indeks dicoret dan diganti dengan kode nomor.
- Jika karu indeksnya ada dan bernomor, berarti arsip tersebut sudah lebih dari 5 surat dan berada pada map individu. Tidak perlu dibuatkan kartu indeksnya lagi.
c) Mengkode
Beri surat sesuai dengan nomor pada
buku nomor. Atau kode C jika jumlahnya belum mencapai 5.
d) Mensortir
Kegiatan ini dilakukan jika surat
dalam jumlah yang banyak.
e) Menempatkan
Arsip ditempatkan pada tempat
penyimpanan sesuai dengan kode. Jika arsip berkode C, maka ditempatkan pada
laci berkode C (Campuran). Tetapi jika kodenya adalah nomor, berarti
ditempatkan pada laci yang berkode sesuai dengan nomor surat.
Contoh:
Arsip atas nama Ari Junaedi akan
disimpan dengan sistem nomor seri. Maka herlina sebagai petugas arsip melakukan
langkah-langkah berikut.
- Mengindeks nama Ari Junaedi menjadi Junaedi, Ari.
- Mengkode nama tersebut menjadi Ju.
- Mencari pada kartu indeks pada laci kode J, dibelakang guide Ju.
- Lihat kode pada kartu indeks (kode 208).
- Beri kode pada surat dengan kode 208.
- Tempatkan arsip pada laci berkode 151-300, dibelakang guide 201-210, didalam hanging folder berkode 208, dan ditempatkan paling depan.
Untuk menemukan kembali arsip dengan
menggunakan sistem ini, maka dapat dilakukan langkah sebagai berikut.
- Cari kode nomor arsip tersebut jika sudah diketahui. Jika belum, dapat dilihat pada kartu indeks berapa nomor yang dimaksud.
- cari arsip tersebut pada tempat penyimpanan sesuai dengan kode nomor arsip tersebut.
- Ambil arisp dan tukar dengan lembar pinjam arsip (lembar 1)
- Berikan pada peminjam arsip berikut lembar pinjam arsip (lembar 2)
- Simpan lembar pinjam arsip (lembar 3) pada tickler file.
3) Sistem penyimpanan arsip berdasarkan
nomor terminal digit
Sistem
penyimpanan arsip berdasarkan sistem terminal digit adalah sistem penyimpanan
dan penemuan berdasarkan nomor urut pada buku arsip. Nomor urut pada buku arsip
dimulai pada nomor 0000 (4 digit), sehingga arsip yang bernomor 0000 adalah
arsip yang pertama disimpan.
Untuk
paham sistem ini diperlukan konsentrasi yang tinggi, karena sistem ini sulit
dipahami jika pertama kali membaca. Pada sistem ini penomoran ditentukan
pada satu kelompok nomor yang mudah dibaca dari kanan ke kiri, yang dipisahkan
dalam kelompok terdiri dari 2 - 3 nomor.
Jenis-jenis peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan pada sistem nomor terminal digit ini adalah
sebagai berikut.
a) Filing Cabinet
Diperlukan 10 laci filing cabinet
yang berkode
Laci 1 kodenya 00 - 09
Laci 2 kodenya 10 - 19
Laci 3 kodenya 20 - 29
Laci 4 kodenya 30 - 39
Laci 5 kodenya 40 - 49
Laci 6 kodenya 50 - 59
Laci 7 kodenya 60 - 69
Laci 8 kodenya 70 - 79
Laci 9 kodenya 80 - 89
Laci 10 kodenya 90 - 99
b) Guide
Setiap laci terdiri dari 10 Guide.
Jika 10 laci berarti dibutuhkan 100 guide. Laci yang berkode 00-09, terdapat 10
guide yang berkode sebagai berikut.
Guide 1 kodenya 00
Guide 2 kodenya 01
Guide 3 kodenya 02
Guide 4 kodenya 03
Guide 5 kodenya 04
Guide 6 kodenya 05
Guide 7 kodenya 06
Guide 8 kodenya 07
Guide 9 kodenya 08
Guide 10 kodenya 09
c) Hanging Folder
Di belakang guide terdapat 10
hanging folder. Jika ada 100 guide berarti dibutuhkan 1.000 hanging folder.
Guide yang berkode 00, terdapat
hanging folder yang berkode sebagai berikut.
Hanging folder 1
kodenya 00/0
Hanging folder 2
kodenya 00/1
Hanging folder 3
kodenya 00/2
Hanging folder 4
kodenya 00/3
Hanging folder 5
kodenya 00/4
Hanging folder 6
kodenya 00/5
Hanging folder 7
kodenya 00/6
Hanging folder 8
kodenya 00/7
Hanging folder 9
kodenya 00/8
Hanging folder 10 kodenya
00/9
d) Kartu indeks
Setiap surat yang disimpan dibuatkan kartu indeksya
e) Buku Arsip
Buku arsip adalah yang digunakan untuk mencatat surat-surat yang akan disimpan sebagai arsip.
contoh.
Setiap surat yang disimpan dibuatkan kartu indeksya
e) Buku Arsip
Buku arsip adalah yang digunakan untuk mencatat surat-surat yang akan disimpan sebagai arsip.
contoh.
NO.
|
Tanggal Simpan
|
Caption/Judul
|
No. Surat
|
Hal. Surat
|
Ket
|
0000
|
2 Januari 2014
|
Andika
|
-
|
Lamaran kerja
|
-
|
0001
|
7 Januari 2014
|
PT. Agung
|
3/B/1/14
|
Tagihan
|
-
|
0002
|
3 Febuari 2014
|
CV. Aria
|
4/C/1/14
|
Tagihan
|
-
|
Untuk menyimpan arsip sistem nomor dapat
dilakukan sebagai berikut.
a) Memeriksa Berkas
Berkas diperiksa tanda-tanda perintah penyimpanannya
b) Mengindeks
Mengindeks dalam sistem terminal digit adalah membagi nomor arsip yang berasal dari buku arsip beberapa unit untuk menunjukkan letak/posisi dimana surat tersebut disimpan.
Jadi arsip yang akan disimpan terlebih dahulu dicatat dalam buku arsip untuk mendapatkan nomor urut penyimpanan yang sekaligus juga sebagai kode surat. Disamping itu jangan lupa dibuatkan kartu indeksnya.
Contoh kode surat 0456
Kode surat pada kartu indeks memiliki arti sebagai berikut.
a) Memeriksa Berkas
Berkas diperiksa tanda-tanda perintah penyimpanannya
b) Mengindeks
Mengindeks dalam sistem terminal digit adalah membagi nomor arsip yang berasal dari buku arsip beberapa unit untuk menunjukkan letak/posisi dimana surat tersebut disimpan.
Jadi arsip yang akan disimpan terlebih dahulu dicatat dalam buku arsip untuk mendapatkan nomor urut penyimpanan yang sekaligus juga sebagai kode surat. Disamping itu jangan lupa dibuatkan kartu indeksnya.
Contoh kode surat 0456
Kode surat pada kartu indeks memiliki arti sebagai berikut.
·
Unit
I
Diambil dua angka dari urutan paling akhir (56), artinya menyatakan nomor laci (50-59) dan nomor guide (56).
Diambil dua angka dari urutan paling akhir (56), artinya menyatakan nomor laci (50-59) dan nomor guide (56).
·
Unit
II
Satu angka setelah unit ke satu (4), artinya menyatakan urutan folder yang tersimpan dalam laci (56/4).
Satu angka setelah unit ke satu (4), artinya menyatakan urutan folder yang tersimpan dalam laci (56/4).
·
Unit
III
Semua angka setelah unit 1 dan 2 (0), artinya menyatakan urutan warkat yang ada dalam folder +1.
Berarti warkat yang berkode 0456, dapat kita simpan pada laci berkode 50-59, guide 56, hanging folder 56/4, pada urutan surat ke 1.
Semua angka setelah unit 1 dan 2 (0), artinya menyatakan urutan warkat yang ada dalam folder +1.
Berarti warkat yang berkode 0456, dapat kita simpan pada laci berkode 50-59, guide 56, hanging folder 56/4, pada urutan surat ke 1.
c) Mengkode
Menentukan kode berdasarkan nomor urut pada buku arsip. Jika surat terakhir yang disimpan sudah mencapai nomor 1000, maka surat selanjutnya bernomor urut 1001, sehingga kode nomor surat tersebut 1001.
d) Mensortir
Dilakukan jika jumlah arsip yang disimpan dalam jumlah yang banyak.
Menentukan kode berdasarkan nomor urut pada buku arsip. Jika surat terakhir yang disimpan sudah mencapai nomor 1000, maka surat selanjutnya bernomor urut 1001, sehingga kode nomor surat tersebut 1001.
d) Mensortir
Dilakukan jika jumlah arsip yang disimpan dalam jumlah yang banyak.
e) Menempatkan
Tempatkan arsip pada tempat penyimpanan yang sesuai dengan kode surat dan indeks dalam sistem terminal digit.
Untuk prosedur penemuan kembali dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
Tempatkan arsip pada tempat penyimpanan yang sesuai dengan kode surat dan indeks dalam sistem terminal digit.
Untuk prosedur penemuan kembali dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
- Tentukan kode surat yang ingin dicari
- jika kode surat diketahui maka langsung ke tempat penyimpanan, tetapi jika kode surat tidak diketahui maka merujuklah pada kartu indeks.
- cari arsip pada tempat penyimpanan sesuai dengan ketentuan pemberian kode.
- ambil arsip jika sudah ditemukan, dan tukar dengan lembar pinjam arsip (lembar 1)
- berikan kepada peminjam arisp berikut dengan lembar pinjam arsip (lembar 2)
- simpan lembar pinjam arisp (lembar 3) pada tickler file.
4. Sistem Nomor Middle Digit
Sistem ini merupakan kombinasi dari Sistem Nomor Decimal Dewey dan Sistem Nomor
Terminal Digit. Yang dijadikan kode laci dan guide adalah dua angka yang berada
di tengah, sedangkan dua angka yang berada di depannya menunjukkan kode map,
kemudian dua angka yang berada dibelakangnya menunjukkan urutan surat yang
kesekian didalam map.Dalam sistem ini kode angka harus berjumlah enam, sehingga
terdapat dua angka ditengah, dua angka di depan dan dua angka dibelakang.
Seandainya angka kode kurang dari enam maka harus ditambahkan angka nol di
depannya sampai berjumlah enam angkla. Cara penyimpanannya sama dengan Sistem
Nomor Terminal Digit.
5. Sistem nomor Soundex
(phonetic system) Sistem Soundex adalah sistem
penyimpanan warkat berdasarkan pengelompokan nama dan tulisannya atau bunyi
pengucapannya hampir bersamaan. Dalam sistem ini nama-nama diganti dengan kode
(notasi) yang terdiri dari 1 huruf dan 3 angka.Susunan penyimpanannya adalah
menurut abjad yang diikuti urutan nomor.
B. Penemuan Kembali Arsip Dalam Sistem Nomor
Kearsipan system nomor merupakan
system kearsipan berdasarkan nomor secara berurutan dari nomor terkecil sampai
nomor terbesar. Oleh karena ini, kode arsip ditentukan berdasarkan nomor.
- Penemuan arsip dalam system nomor Dewey
Pada system dewey ini, penemuan
kembali arsip dapat ditempuh prosedur sebagai berikut.
1)
Carilah
kartu indeks dalam kotak kartu sesuai dengan pokok masalah yang kita inginkan.
2)
Lihatlah kode surat pada kartu indeks
tersebut.
3)
Dengan
kode surat, carilah tempat penyimpanan arsip. Misalnya, pokok masalahnya adalah
cuti kawin dengan nomor kode 264.1. Surat tersebut berada pada laci bernomor
200, di belakang guide berkode 260, di dalam folder berkode 264, dengan urutan
surat pertama.
4)
Jika
tempatnya sudah ditemukan, carulah dan ambilah surat yang kita perlukan.
- Penemuan arsip dalam system nomor Terminal Digit
Pada system ini, prosedur penemuan
arsip adalah sebagai berikut:
1)
Carilah
perihal surat pada buku arsip. Lihatlah nomor kodenya.
2)
Dengan
nomor kode, cari tempat penyimpanan sesuai nomor kode tersebut dan carilah
surat sesuai dengan urutannya.
3)
Bila
sudah ditemukan, ambilah surat yang kita perlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar